Arif Setyo Budi, Breakdancer yang Menginspirasi
Nama lengkapnya Arif Setyo Budi, seorang breakdancer satu kaki, menjadi pembicara dalam Social Human Prize 2017 (SHP 2017) yang diselengarakan oleh BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB). Dia hadir dalam rangka menginspirasi mahasiswa supaya berani hidup dengan segala keterbatasan.
Ia menyampaikan, dalam mengarungi kehidupan seseorang diharuskan untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam pikirannya. Pria yang kehilangan sebelah kakinya akibat kecelakaan dalam kerja ini menegaskan bahwa keberhasilan seseorang dimulai dari berpikir positif. “Ketika saya pertama kali mendapat kecelakaan, saya berpikir sekaligus berdoa “Ya Allah inilah takdir saya, ini sudah jalan saya.” Jadi itu titik awal yang benar-benar menjalani kehidupan setelah itu seperti biasa aja, tidak ada perbedaan sama sekali.”, tutur Arif
Arif juga menambahkan bahwa keterbatasan bukan berarti akhir dari dunia. Ia kerap mengalami perasaan dikesampingkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi baginya hal itu bukanlah petaka, melainkan rintangan yang harus dilewati. “Kalau saya sendiri sih kita itu sama aja. Saya juga berbaur sama orang-orang. Yang membedakan mungkin hanya casingnya. Ya sama aja sih. Itu yang buat saya bertahan sampai sekarang.”, ujar pria 32 tahun ini.
Pernah Belajar Breakdance, Arif Setyo Budi Lanjutkan Breakdance Walau dengan Satu Kaki
Arif juga menyadari akan dampak dari pemikiran positif dalam menghadapi keterbatasan. Hal ini dia buktikan dengan menjadi breakdancer pertama di Indonesia dengan satu kaki. Raihan itu tidak lepas dari keberhasilannya menempa diri dengan hal-hal positif.
“Awalnya saya diajak teman lihat latihan. Terus akhirnya timbul rasa ingin coba lagi. Motivasinya sih saya mikir “masih mungkin tidak sih melakukannya dengan satu kaki” dan akhirnya karena saya udah belajar basic-nya, saya ulangi lagi dan menyesuaikan dengan kondisi saya.”, sebutnya.
Melalui acara SHP 2017, Arif berharap kondisinya saat ini dapat membuka mata kawan-kawan mahasiswa. “Dunia itu tidak sesempit yang kita duga. Dunia ini sangat luas dan mari mulai berpikir terbuka. Dan masih sangat-sangat banyak orang lebih tidak beruntung dari kita. Mulailah berpikir positif dan berpikir panjang serta menghilangkan sifat-sifat negatif karena sifat negatif akan sangat memengaruhi kehidupan kita.”, tutup Arif.
Comments
Post a Comment